GOA JEPANG DAN BELANDA (Goa Tourism, Taman Hutan Raya Juanda Bandung Jawabarat).Gua Jepang dan Belanda ini berada didalam Taman Hutan Ir. Juanda - Bandung. Untuk masuk kesini dikenakan tarif Rp. 7.500/orang dan Rp. 5000/motor. Dua buah gua yang hanya terpisahkan jarak kurang lebih 400 meter tersebut memiliki nama yang disesuaikan dengan negara penjajah yang berkuasa saat gua tersebut di bangun. Gua Belanda yang dibangun pada tahun 1918 memiliki umur yang sedikit lebih tua dibandingkan Gua Jepang yang baru dibangun pada tahun 1942.Gua Jepang merupakan peninggalan Perang Dunia II. Sebagai sarana pertahanan militer di zaman Jepang pada tahun 1942-1945, terutama setelah Jepang mempertahankan diri dari kedatangan sekutu di Indonesia .
GOA JEPANG DAN BELANDA (Goa Tourism, Taman Hutan Raya Juanda Bandung Jawabarat)
Gua Jepang ini dibangun untuk memenuhi keperluan perang gerilya karena Jepang memperkirakan bahwa tentara sekutu akan datang melewati laut selatan dan mendarat di sekitar pantai Parangtritis. Di gua ini di temukan 18 bangunan bunker yang sebagian besar masih dalam keadaan utuh. Bentuk bunker tersebut beranekaragam, serta mempunyai fungsi yang berlainan pula, misalnya sebagai tempat pengintaian, ruang tembak, ruang pertemuan, gudang dan dapur. Ketebalan dinding rata-rata 50-70 cm , dari bahan beton bertulang, semen dan batu padas yang sudah tersedia di sekitarnya. Bunker-bunker tersebut dibangun saling berdekatan (30 m), serta dihubungkan dengan parit perlindungan yang berada di luar setinggi (1 m).Gua Jepang. Sebenarnya bisa mengendarai motor sampai ke depan gua. Goanya gelap dan lembap. Ukuran goa yang cukup besar ditambah dengan lorong-lorong ventilasi udara di beberapa sudut, mengakibatkan suasana didalam gua tidaklah pengab. Lorong-lorong panjang dan banyaknya persimpangan didalam goa tersebut cukup membingungkan bagi mereka yang pertama kali memasuki goa.
Goa Jepang masih memiliki struktur bangunan seperti asalnya. Dinding-dinding goa dari batu karang yang keras masih belum dilapisi dengan semen seperti apa yang terjadi pada Gua Belanda. Di dalam gua ini juga tidak terdapat instalasi penerangan. Sepertinya gua ini belum selesai sepenuhnya semenjak dibuat tahun 1942. Bukan hal yang aneh, melihat dinding goa yang keras pastilah membutuhkan waktu yang lama untuk membikin goa selebar dan seluas itu. Terlebih pada saat itu alat yang digunakan untuk membuat goa masih berupa alat-alat tradisional semacam linggis dan cangkul yang tentunya dibutuhkan pekerja dalam jumlah yang banyak sekali.
Gua Belanda. Lorong-lorong yang berada dalam goa pada bagian dindingnya sudah dilapisi dengan semen, sementara pada bagian atas terdapat instalasi penerangan yang sudah ada sejak dulu, tapi sudah tidak berfungsi dengan baik. Mungkin memang sengaja tidak diaktifkan untuk memberi peluang pada penduduk sekitar menawarkan jasa penyewaan lampu senter. Harganya lumayan mahal, Rp. 3000,.
Kedua gua tersebut memang merupakan bagian saksi sejarah yang mewarnai perjuangan bangsa Indonesia. Telah banyak korban yang berjatuhan untuk membangun kedua gua tersebut. Keberadaan kedua gua tersebut nampaknya pantas menjadi bukti masa lalu yang coba mengingatkan bahwa bagaimanapun juga perang ataupun penjajahan adalah salah satu bentuk karya manusia untuk menghancurkan dirinya sendiri, suatu hal yang sebaiknya tidak boleh terjadi lagi di masa-masa mendatang
Harga Tiket Masuk
- Tiket masuk Rp. 7.500
- Asuransi Rp. 500
- Parkir (Mobil Rp.10.000, Motor Rp.5000)
Transportasi & Akomodasi
Tahura Djuanda dapat dicapai dari beberapa tempat, diantaranya dari Terminal Dago, Punclut dan Ciumbuleuit, namun dari ketiganya, akses dari terminal Dago adalah yang paling sering digunakan karena lebih mudah serta memiliki kualitas jalan yang baik.
No comments:
Post a Comment
Terimakasih sudah berkunjung ke blog saya, silahkan tinggalkan komentar