Thursday, January 14, 2016

BATIK JAMBI (Batik Indonesia,Jambi)

  Thursday, January 14, 2016
BATIK JAMBI (Batik Indonesia,Jambi).Menurut Santoso (2002), batik sebagai salah satu warisan budaya bangsa yang lahir dari rakyat, telah berkembang seiring dengan perubahan zaman dan lingkungan di sekitarnya. Pelbagai fakta pada perjalanan sejarah telah membuktikan bahwa kedua unsur ini telah banyak berpengaruh terhadap kehadiran dan berkembangnya batik di Indonesia. Sejak zaman keagungan kerajaan Mataram Hindu sampai masuknya agama demi agama ke Pulau Jawa, hingga munculnya zaman kemerdekaan, batik sebagai salah satu contoh bentuk kekayaan hasil desain di Indonesia, selalu hadir dengan corak dan warna yang dapat menggambarkan zaman dan lingkungan yang melahirkannya.




BATIK JAMBI (Batik Indonesia,Jambi)

Sejarah Batik Jambi
Ditinjau dari segi geografi dan sejarah, Jambi merupakan daerah yang strategis dan merupakan jarak yang terpendek dalam hubungan dengan tiongkok dan Selat Malaka. Dari berita2 yang ditulis oleh pedagang dan musyafir cina, seperti It Ching tahun 671 yang mengadakan perjalanan dari Kanton menuju ke Melayu dengan menumpang kapal Sriwijaya.kesimpulany pada periode melayu kuno dan Sriwijaya masyarakat yang berdiam di wilayah Jambi telah berhubungan aktif dengan bebagai bangsa. Hasil hubungan ini tentu akan menghasilkan pengaruh pula dalam bidang kebudayaan, termasuk ragam hias batik.

Di Cina pada zaman Dinasti Tang, Bangkok dan Turkestan Timur telah ditemukan desain batik yang pada umumnya bermotif geometris serta adanya batik India Selatan yang dipasarkan di Malaya pada abad 17 s.d 19 M, telah turut memberikan pengaruh pada ragam hias batik Jambi karen pengaruh kebudayaan tersebut.

Tidak dapat ditentukan sejak kapan pastinya batik jambi ditemukan, yang jelas batik jambi pada masa kerajaan melayu telah membatik dengan motif khas fauna dan flora untuk keperluan keluarga dan lingkungan kerajaan. jambi juga menjadi pisat pertukatran barang dagangan dari sluruh nusantara, di samping menjalin dagang dengan indramayu, cirebon, lasem, tuban, madura dan lain-lain di kota jawa, sudah sejak lama mennjalin hubungan dagang dengan arab, cina, India, eropa dan negeri asia tenggara melaluia pedagangan mereka. Hubungan dagang ini turut mempengaruhi ornament2 batik jambi dan pengaruh kebudayaan arab terlihat pada ragam hias kaligrafi serta pengaruh cina lebih banyak pada bagian rumpal atau pinggiran kain.

Ragam hias batik jambi ditentukan factor estetika dan filosofis yang digali dan diperkaya dari muatan local yang berupa keadaan geografis, kebudayaan, kepercayaan dan hasil seni juga kerajinan.

Secara umum ragam hias batik jambi merupakan satu kesatuan dari elemen-elemen yang terdiri atas titik, garis, bentuk warna dan tekstur. Kesatuan elemen tersebut, mewujudkan keindahan melalaui pengulanagan, pusat perhatian, keseimbangan dan kekontrasan yang emmiliki bobot kultur setempat, opini dan nilai-nilai filosofis.

Perkembangan Batik Jambi
Produksi batik Jambi dan perdagangannya secara terbatas sudah dimulai sejak masa Kesultanan. Dimana Di masa ini batik Jambi merupakan hasil karya seni yang tidak dapat dimiliki oleh sembarang orang. Batik Jambi di konsumsi hanya oleh masyarakat yang mempunyai tingkat kehidupan sosial yang tinggi, misalnya kerabat kerajaan atau kaum bangsawan. Dengan berakhirnya masa kesultanan Jambi, kebutuhan akan batik Jambi menurun secara drastis, sehingga jarang ditemukan ada pengrajin batik Jambi. kalaupun ada, pengrajin itu sudah tua.

Pada zaman penjajahan Belanda, berita tentang batik Jambi marak kembali dengan munculnya berbagai artikel yang ditulis oleh penulis berkebangsaan Belanda. Salah satunya adalah B.M. Gosligs yang dalam artikelnya mengatakan bahwa atas persetujuan Prof. Vam Eerde dia meminta residen Jambi Tuan H.E.K. Ezermenn untuk meneliti batik Jambi. Sekitar bulan oktober 1928 datang tanggapan dari Ezernann, bahwa di dusun Tengah pada waktu itu memang sesungguhnya ada pengrajin batik dan menghasilkan karya-karya seni batik yang Indah. (B.M Goslings halaman 1411)

Dari keterangan di atas, sejak zaman Kesultanan, zaman Belanda, zaman Kemerdekaan di Jambi memang terdapat seni batik, walaupun produksi dan pemakaiannya masih terbatas. Setelah zaman orde baru terutama sejak tahun 80-an hingga sekarang, perkembangan batik Jambi sangat pesat sekali. Pembinaan terhadap sanggar2 batik, dilakukan secara intensif dan massal. Pemakaian batik Jambi tidak lagi terbatas pada kalangan-kalangan tertentu tetapi sudah memiliki kebebasan. Batik Jambi menjadi milik masyarakat dan kebanggaan bangsa Indonesia dan dikenal bukan hanya di Indonesia tetapi sampai ke manca Negara. Ibu Lily Abdoerahman Sayoeti selaku Pembina Kesenian dan Pembina Dharma Wanita Provinsi Jambi pada waktu itu, tak henti-hentinya melaksanakan pembinaan di bidang produksi, permodalan dan pemasaran serta promosi untuk mengangkat citra batik Jambi.

Nama-nama Motif Batik Jambi
Motif batik Jambi sebagian besar diambil dari bentuk flora dan fauna, sebagai mana motif batik yang terdapat di Indonesia pada umumnya. Namun dilihat dari bentuk motif corak dan pewarnaannya, batik Jambi memiliki perbedaan sidnifikan dibandingkan dengan batik yang ada di daerah lain.

Keunikan seni batik Jambi terletak pada kesederhanaan bentuk motif dan pewarnaan yang khas, yaitu bentuk motif yang tidak berangkai (ceplok2) dan berdiri sendiri-sendiri.
Pemberian nama pada motif batik Jambi, diberikan pada setiap satu bentuk motif, seperti motif bunga melati, motif bungo tanjung, motif riang-riang dan sebagainya. Jadi bukan diberikan pada suatu rangkaian bentuk dari berbagai unsur atau elemen yang telah di desain sedemikian rupa yang telah menjadi satu kesatuan yang utuh kemudian baru diberi nama.

Walaupun nama motif diberikan pada setiap bentuk motif yang hanya terdiri dari satu bentuk (ceplok), namun dalam penerapannya tentu saja tidak monoton terdiri dari satu bentuk motif saja. Dalam sebidang kain biasanya diterapkan beberapa bentuk motif pokok, dan di isi atau di dampingi dengan bentuk motif lainnya. Motif2 isian itu adalah motif tabor titik, motif tabor bengkok, motif belah ketupat dan bentuk motif-motif isian lainnya. Hal ini dapat dilihat pada motif “Kasih Bunda” karya Mahkamah. Motif batik ini di desain dari beberapa unsur antara lain, tulisan Incung, motif paruh enggang dan unsur-unsur motif lain yang menjadi satu kesatuan bentuk yang harmonis.
Adapun motif batik Jambi yang hingga saat ini masih bisa dirangkum adalah sebagai berikut :




1. Motif wayang Gengseng
2. Motif bungo Durian
3. Motif Keris
4. Motif pucuk Rebung
5. Motif tabor titik
6. Motif Potong Intan
7. Motif tabor bengkok
8. Motif Siput
9. Motif Kepiting
10. Motif Ikan
11. Motif Bungo Tanjung
12. Motif Jangkar
13. Motif Daun Kangkung
14. Motif Riang-riang
15. Motif Bungo Matahari
16. Motif Kaca Piring
17. Motif Kepak Lepas
18. Motif Taritang
19. Motif Bungo Pauh
20. Motif Bungo Melati
21. Motif Bungo Jatuh
22. Motif Kapal Sanggat
23. Motif Tagapo
24. Motif Antalas
25. Motif Keluk Paku
26. Motif Keladi Durian Pecah
27. Motif Biji Timun
28. Motif Ancak
29. Motig Bungo Cengkeh
30. Motif Merak ngeram
31. Motif Ayam Lepas
32. Motif Galo-galo
33. Motif Bungo Bintang
34. Motif Bungo Lumut
35. Motif tampuk Manggis
36. Motif Bungo Rambat
37. Motif Patola
38. Motif Kuao berhias
39. Motif Kaligrafi

Rangkuman nama-nama motif ini diperoleh dari data koleksi batik Museum Negeri Jambi pada tahun 1994/1995. Pertumbuhan dan perkembangan batik Jambi pada masa sekarang memberi dampak yang sangat baik bagi penambahan perbendaharaan motif batik Jambi. Diantara penambahan perbendaharaan motif Jambi sebagai ciptaan masa kini oleh para designer motif batik Jambi adalah sebagai berikut :

1. Motif angso duo 7. Motif incung
2. Motif keris siginjai 8. Motif cendawan
3. Motif kerang 9. Motif bungo kopi
4. Motif sungai batanghari 10.Motif sapit udang
5.Motif Daun keladi 11.Motif Anggur
6.Motif kajang lako

No comments:

Post a Comment

Terimakasih sudah berkunjung ke blog saya, silahkan tinggalkan komentar