Gedung Sate Bandung |
Setiap
daerah tujuan wisata mempunyai brand image tertentu, yaitu mental
maps seseorang terhadap suatu tujuan yang mengandung keyakinan, kesan, dan
persepsi. Citra yang terbentuk di pasar pariwisata merupakan kombinasi antara
berbagai faktor yang ada pada destinasi yang bersangkutan (seperti cuaca,
pemandangan alam, keamanan, kesehatan, sanitasi, keramahtamahan, dan lain
sebagainya). Di satu fihak, citra memiliki pengaruh yang besar sebagai informasi
yang diterima oleh calon wisatawan dan di fihak lain citra merupakan fantasi
dari masing-masing wisatawan yang walaupun tidak reel, namun
keberadaannya sangat penting di dalam mempengaruhi keputusan calon wisatawan
untuk berwisata ke satu daerah.
Pentingnya
peranan brand image pun dapat dilihat dari pemahaman bahwa
pariwisata adalah industri yang berbasis pencitraan, karena citra mampu membawa
calon wisatawan ke dunia simbol dan makna. Bahkan citra atau image dapat
dikatakan memegang peranan lebih penting daripada sumberdaya pariwisata yang
kasat mata.
Daya
tarik alam diperkuat pula oleh beragam daya tarik kota berupa daya tarik budaya,
buatan, dan minat khusus serta daya tarik wisata eko sekitar Kota Bandung,
kreativitas warga dalam mengadakan event kota, turut menumbuhkan kuatnya daya
tarik wisatakota bandung.
Pemanfaatan
daya tarik kota sebagai daya tarik wisata, dimana terdapat gabungan fungsi kota
yang dapat menjadi ‘kantung madu’ (honeypot) bagi
warga kota untuk mengambil peran serta sebagai pelaku kegiatan ekonomi kota.
Masyarakat yang berbasis pariwisata; yang menerapkan matra Sapta Pesona (aman,
tertib, bersih, sejuk, indah, ramah, kenangan) akan mempercepat terwujudnya
suatu kota wisata pilihan. Produk wisata adalah prodduk kolektif seluruh warga
kota, yang berwujud Pengalaman wisata dan pelayanan. Kreatfitas dan inovasi
warga kotam pengusaha dan pemerintah akan turut pula mendorong tumbuh dan
menguatnya ‘benchmak’ sebagai kota wisata.
Kehadiran
para wisatawan dan kegiatan kepariwisataan di kota Bnadung, memang diperlukan
untuk mengembangkan dinamika perekonomian kota melalui pertambahan mata uang
beredar.hal ini telah terbukti bahwa tahun 2005 sektor pariwisata di Kota
Bandungtelah berada dalam posisi dominan unggul dalam mendukung perolehan
Pendapataan Asli Daerah (PAD) sector pajak sebesar Rp.83.708.647.669,-.
Pengembangan kepariwisataan kota Bandung untuk menjadikan kota Bandung sebagai
kota wisata adalah pengembangan berkelanjutan dengan indikator: meningkatnya
jumlah kunjungan wisatawan (wisman dan wisnus), bertambahnya lama tinggal,
meningkatnya jumlah pengeluaran/belanja wisatawan, menguatnya identitas
kelokalan kota Bandung, memberdayakan masyarakat dan meningkakan kualitas
lingkungan.
Beberapa
kalangan, termasuk wisatawan, juga melihat image Bandung
yang berubah. Dulu image
Bandung adalah kota yang dingin dan mempunyai pemandangan yang indah. Sekarang
Bandung identik dengan panas, gersang, dan semrawut. Perubahan image ini akibat
dari pengelolaan kota yang tidak terencana dan terlaksana dengan baik.
Kalangan
pemerintah mengakui bahwa Kota Bandung mempunyai potensi yang banyak dan
beragam. Namun yang berkembang sekarang adalah belanja dan kuliner. Dengan
demikian, image
Bandung sekarang adalah kota wisata belanja dan kuliner. Pandangan ini menandai
bahwa pemerintah tidak mempunyai ketegasan dalam membangun image Bandung
sesuai dengan visi yang telah ditetapkan. Sementara untuk Kabupaten Bandung, image yang
melekat adalah wisata alam dan seni tradisional.
Mengenai
proyeksi pariwisata Bandung ke depan, terdapat perbedaan pandangan di antara
beberapa kalangan. Perbedaan ini juga dipengaruhi oleh image Bandung
yang selama ini dipahami oleh mereka. Menurut kalangan budayawan, akademisi,
komunitas, LSM, media massa, dan sebagian wisatawan, proyeksi pariwisata
Bandung ke depan adalah wisata sejarah, budaya, dan industri kreatif. Ada juga
yang berpendapat bahwa arah pengembangan pariwisata Bandung ke depan adalah
wisata pendidikan dan pengetahuan.
Sementara
itu, sebagian wisatawan berpandangan bahwa proyeksi pariwisata Bandung ke depan
adalah wisata belanja dan kuliner. Hal ini mengingat potensi Bandung yang besar
dalam dua bidang wisata itu dan kebanyakan wisatawan datang ke Bandung adalah
untuk berbelanja dan mencari makanan yang enak dan unik.
Terhadap
proyeksi dan image
Bandung ke depan, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung menyatakan bahwa
belum ada kejelasan mengenai hal itu karena masih dalam tahap penelitian.
Adapun image
yang muncul sekarang, itu adalah image dari
beberapa komunitas seperti Bandung Creative City Forum (BCCF).
Jadi bukan image
resmi yang dicanangkan oleh pemerintah. Badan Perencanaan Daerah (Bapeda)
Bandung sebenarnya sudah mengadakan penelitian mengenai image Kota
Bandung. Hasilnya berupa usulan agar ”B’fresh” menjadi image Kota
Bandung. ”B’Fresh” adalah kependekan dari ”Bandung Fresh”. Sebutan ini
diusulkan sebagai image
Kota Bandung untuk menggambarakan udara kota Bandung yang sejuk. Namun usulan
ini belum direspons sehingga belum dituangkan dalam kebijakan formal, seperti
Peraturan Daerah (Perda) atau Peraturan Walikota (Perwal).
Untuk
Kabupaten Bandung, proyeksi pariwisata ke depan adalah wisata alam, seni
tradisional, dan kuliner. Ketiganya dipilih berdasarkan pertimbangan bahwa
potensi Kabupaten Bandung adalah dalam ketiga bidang itu. Namun pemetaan potensinya
secara tepat masih memerlukan penelitian yang lebih seksama. Rencananya
penelitian ini akan diadakan pada tahun 2010. Sementara itu, hampir sama dengan
Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat (KBB) memiliki proyeksi ke depan
untuk mengembangkan pariwisata alam dan agrowisata.
No comments:
Post a Comment
Terimakasih sudah berkunjung ke blog saya, silahkan tinggalkan komentar