Sekilas Tentang Kota Tua Jakarta. Pada tahun 1527, pemimpin pasukan Kerajaan Demak, Fatahillah, merebut pelabuhan Banten dan Sunda Kalapa dari kerajaan Hindu Sunda. Fatahillah mengubah nama Sunda Kalapa menjadi Jayakarta. Hal ini diperkirakan sebagai asal mula nama Jakarta. Teori lainnya menyatakan Jakarta memperoleh nama barunya dari pemimpin Muslim ketiga, Pangeran Jayawikarta / Wijayakarta.2 Pangeran Jayawikarta adalah anak buah Sultan Banten yang
Sekilas Tentang Kota Tua Jakarta
Mendirikan pos militer di sisi barat sungai Ciliwung untuk mengawasi mulut sungai Ciliwung dan bangsa Belanda yang diijinkan membangun gudang kayu dan beberapa rumah di sisi timur sungai Ciliwung pada tahun 1610. Ijin ini dilanggar dengan mengganti bahan material bangunan dan membangun bangunan batu yang pada selanjutnya menjadi benteng (1618). Untuk mengimbanginya, Pangeran Jayawikarta mengijinkan Inggris membangun pondok di tempat Menara Syahbandar berada saat ini. Pada bulan Desember 1618, pasukan Jayawikarta mengepung benteng Belanda dan menangkap pemimpin benteng. Sebuah perjanjian antara Pangeran Jayawikarta dan Inggris ditandatangani. Tapi perjanjian ini mengakibatkan Sultan Banten mengirim pasukan untuk menyerang Pangeran Jayawikarta pada tahun 1619, karena ia dianggap bertindak tanpa seijinnya. Belanda merayakan hal ini dengan berpesta dan menamakan benteng mereka dengan nama Batavia.
Historical Sites of Jakarta oleh A. Heuken
Berisi sejarah kota Jakarta, deskripsi mengenai tempat-tempat bersejarah di Jakarta beserta sejarahnya, benda-benda cagar budaya beserta sejarahnya, dan peta-peta lokasi tempo dulu di Jakarta. Pada tahun 1620, Gubernur Jenderal VOC, Jan Pieterszoon Coen, membangun kembali kota Jayakarta yang dihancurkan oleh Belanda dan menamakannya Batavia. Lokasi Batavia meluas kearah tenggara Sungai Ciliwung dari lokasi semula kota Jayakarta. Seluruh kegiatan pemerintahan, perdagangan hingga tempat berkumpulnya masyarakat berpusat di pusat kota Stadhuisplein (saat ini, Taman Fatahillah) dan Stadhuis / Gedung Balaikota tempat pejabat pemerintah Belanda mengatur jalannya roda pemerintahan (saat ini, Museum Sejarah Jakarta).
Historical Sites of Jakarta oleh A. Heuken
Berisi sejarah kota Jakarta, deskripsi mengenai tempat-tempat bersejarah di Jakarta beserta sejarahnya, benda-benda cagar budaya beserta sejarahnya, dan peta-peta lokasi tempo dulu di Jakarta. Pada tahun 1620, Gubernur Jenderal VOC, Jan Pieterszoon Coen, membangun kembali kota Jayakarta yang dihancurkan oleh Belanda dan menamakannya Batavia. Lokasi Batavia meluas kearah tenggara Sungai Ciliwung dari lokasi semula kota Jayakarta. Seluruh kegiatan pemerintahan, perdagangan hingga tempat berkumpulnya masyarakat berpusat di pusat kota Stadhuisplein (saat ini, Taman Fatahillah) dan Stadhuis / Gedung Balaikota tempat pejabat pemerintah Belanda mengatur jalannya roda pemerintahan (saat ini, Museum Sejarah Jakarta).
Pada selanjutnya, kawasan Batavia diperluas lagi ke arah selatan, di kawasan Glodok pada saat ini. Disini Belanda membangun tembok kota. Luas wilayah kota Batavia hingga batas luar di kawasan Glodok ini bertahan hingga beberapa dekade.
Namun kota ini akhirnya tidak mampu menampung jumlah penduduk yang terus bertambah. Aneka penyakit menyerang penduduk seiring dengan buruknya sanitasi karena kota yang dipadati manusia. Penduduk yang meninggal menjadi pemandangan rutin setiap hari. Pada tahun 1807, Gubernur Jendral VOC, Herman Willem Daendels melakukan perluasan kota keluar tembok dan memindahkan pusat pemerintahan ke Weltervreden (saat ini, daerah sekitar Lapangan Banteng).
Sejak saat itu, pembangunan dan perluasan kota, terutama ke arah selatan, terus dilakukan seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Setelah pendudukan Jepang pada tahun 1942, nama Batavia diganti menjadi Jakarta. Di wilayah bersejarah inilah, awal dimana sebuah kota bernama Jakarta bermula.
Visi Kota Tua
Terciptanya kawasan bersejarah Kota Tua Jakarta sebagai daerah tujuan wisata budaya yang mengangkat nilai pelestarian dan memiliki manfaat ekonomi yang tinggi.
Misi Kota Tua
- Konservasi dan Revitalisasi
- Menghidupkan aktivitas seni dan budaya
- Sosial dan Kemasyarakatan
- Pengembangan Bisnis dan Ekonomi
- Peningkatan Infrastruktur
- Mengatur Hukum dan Manajemen Perkotaan
- Living in the City - Hidup dan Kehidupan di Kota
Sebelum dan sedudahnya saya selaku penulis di www.gadogadoilmu.com mohon maaf yang sebesar besarnya bila mana ada kata-kata ataupun perbuatan di web ini, yang menyinggung perasaan. Saya tidak bermaksud begitu, ataupun sumber sumber yang belum terpasang, saya minta maaf atas kehilapan itu. Mudah mudahan artikel di web ini bisa bermanfaat khususnya bagi saya, umumnya bagi pembaca artikel di web ini. Terimakasih Atas Kunjungan anda.
No comments:
Post a Comment
Terimakasih sudah berkunjung ke blog saya, silahkan tinggalkan komentar